Proyek jalan tol yang membentang diantara kabupaten Purwakarta, Subang, Indramayu, dan Majalengka ini merupakan jalan alternatif jalur Pantura. Pengerjaan proyek tersebut dibagi menjadi 6 ruas, yaitu Cikopo-Kalijati (29,12 km), Kalijati-Subang (9,56 km), Subang-Cikedung (31,37 km), Cikedung-Kertajati (17,66 km), Kertajati-Sumberjaya (14,51 km), dan Sumberjaya-Palimanan (13,78 km).
Pada ruas jalan Kertajati-Sumberjaya sepanjang 14,51 KM pada saat ini sedang dibangun tiang fly over yang memotong Jalan Bongas Kulon Lojikobong oleh kontraktor PT. Hutama Karya (HK).
MAJALENGKA,(PRLM).-Petani di Desa Jatitengah, Jatutujuh dan Panyingkiran, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka berebut pupuk urea ketika datang pengiriman dari distributor, akibat cukup lama mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, Selasa (20/5/2014).
Satu truk pupuk yang dipasok di sebuah toko pupuk di Jatitujuh langsung habis diserbu petani dan pengecer di wilayah tersebut yang telah menunggu pasokan datang.
Beberapa petani di sejumlah wilayah di Kecamatan Jatitujuh menyatakan, sulitnya mendapatkan pupuk subsidi tersebut sudah cukup lama, hingga akhirnya banyak petani yang terpaksa mencari pupuk ke wilayah lain seperti Kecamata Jatiwangi, atau ke Lajer, Indramayu.
Sulitnya petani mendapatkan pupuk menurut Opik, dan Aep petani di Desa Panyingkiran diduga akibat adanya permainan yang dilakukan oleh sejumlah pengecer yang tidak resmi. Dugaan tersebut karena ketika petani mendatangi distributor atau pengecer yang ada di wilayahnya kerap habis.
“Kini petani tidak bisa mendapatkan pupuk secara mendadak walapun ada pengiriman pupuk, karena begitu datang pasokan pupuk sudah tinggal membagikan kepada mereka yang telah menyimpan uang lebih dulu. Jadi jangan harap bisa mendapatkan pupuk tanpa menimpan uang lebih dulu,” ungkap Aep.
Saat ini menurut Opik banyak petani yang ingin mendapatka pupuk harus mencari ke daerah lain seperti Jatiwangi dan Lajer, Indramayu. Walapun cara tersebut dianggap melanggar wilayah, namun tetap dilakukan sejumlah petani karena khawatir terlambat pemupukan.
“Akibat sulitnya memperoleh pupuk banyak petani yang akan mengalami keterlambatan pemupukan, padahal usia tanaman padi saat ini sudah seminggu bahkan ada yang sudah sepuluh hari dan saatnya dilakukan pemupukan pertama,” kata Opik.
Sejumlah petani berharap adanya pengawasan pendistribusian dan penjualan pupuk oleh pihak berwenang, guna menjaga kemungkinan terjadinya penimbunan yang dilakukan oleh oknum pedagang yang sengaja ingin mempermainkan harga, seperti yang pernah terjadi pada waktu sebelumnya.(C-31/A-89)***

Sumber
MAJALENGKA, (PRLM).- Bawang merah salah satu penyumbang inflasi terbesar di Indonesia akibat harganya yang selalu fluktuatif. Oleh karenanya, daerah-daerah yang lahan pertaniannya serta petaninya dianggap potensial, saat ini akan terus didorong untuk terus mengembangkan budi daya bawang merah.
Hal tersebut disampaikan Kepala Unit Akses Keuangan dan UMKM Bank Indonesia Adi Purwantoro, disertai konsultan pengembangan UMKM Diding Ismayasa di sela-sela pelatihan bagi petani bawang merah di Majalengka, Selasa (20/5/2014) di Gedung SKB Majalengka.
Adi menyatakan, pihaknya kini terus mendorong pelatihan terhadap para petani bawang merah ke sejumlah daerah seperti Indramayu, Brebes, Majalengka serta Cirebon. Saat ini ada dua persoalan yang dihadapi petani untuk mengembangkan tanaman bawang merah yakni lahan dan modal.
“Untuk mendapatkan modal para petani biasanya tidak memiliki akses ke bank akibat status kepemilikan lahan mereka yang hanya kikitir, makanya sekarang kami berikan pencerahan agar mereka berupaya memproses status tanahnya menjadi setifikat agar ke depan bisa diagunkan ke sejumlah bank untuk mendapatkan modal,” ungkap Adi yang pada pelatihan tersebut bekerjasama dengan BPN, Dinas Pertanian untuk membrikan bimbingan teknologi pertanian serta Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi yang mungkin bisa memfasilitasi penyaluran produksi.
Menurut dia Bank Indonesia kini terus berupaya menggarap sektor real untuk menekan laju inflasi yang kerap mendera, salah satunya akibat bawang merah.
Kepala Bidang Hortikultura di Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka Nana Supriana menyatakan, Kabupaten Majalengka sebetulnya cukup potensial untuk tanaman bawang merah. Setiap tahunnya terdapat sekitar 2.263 hektare tanaman bawang merah yang tersebar di 10 kecamatan. Masing-masing Cingambul, Cikijing Argapura, Maja, Sukahaji, Majalengka, Ligung, Kertajati, Jatitujuh, Kadipaten, dan Dawuan. Tahun 2014 target areal tanam mencapai 3.000 hektare, dengan target produksi mencapai 110 kuintal/hektare.
“Sementara ini petani bawang merah yang ada di Majalengka hampir sebagian besar berasal dari Brebes dan Medan. Petani Majalengka kurang begitu tertarik karena modal yang besar dan hama yang tinggi serta harga jual yang murah, sehingga petani seringkali merugi, padahal untuk menanam bawang butuh modal yang tidak sedikit karena biaya pemeliharaan yang harus benar-benar telaten,” ungkap Nana. (C-31/A-88)***

Sumber.